Belajar dari Kuba Soal Kesehatan

angan takut kepada kesedihan. Ingat layang layang terbang tinggi dengan menentang angin dan bukan dengan mengikutinya (Anonim).

Fidel Castro kini berusia 83 tahun, usianya melampaui sahabat sahabat dan musuh musuhnya. Soekarno teman karibnya, sudah lama mangkat. Soeharto yang sangat pro Amerika, dan karenanya pasti bukan kawan Castro, telah lama meninggal. Castro dengan uban dan jenggotnya masih bertahan menyongsong berbagai perubahan. Kuba menjadi sasaran revolusinya dan dibangun oleh Castro baru Januari 1959 atau awal 1960-an. Bangsa yang relatif lebih muda ketimbang Indonesia yang kita huni. Hugo Chavez memujanya sebagai guru. Moralez melihat castro sebagai tauladan atas sikap revolusioner. Kini mereka melihat hasil dari jeri payah dari sosok yang tak patut disebut sebagai kakek.

Fidel Castro diam diam membangun Kuba, tak hanya dengan semangat tapi juga dengan keteguhan baja untuk memakmurkan warganya. Lebih dari 40 tahun mendapat embargo Amerika, Castro hidup dengan semangat spartan. Prestasi kepemimpinan tampak dari kemampuannya dalam menorehkan catatan gemilang.

Sebelum revolusi, kuba seperti sebuah negeri yang diterlantarkan. 40% warga pedesaan Kuba saat itu mengalami buta huruf. 10 % rumah pedesaannya tak kunjung didatangi listrik. Malah lebih menyedihkan lagi 3% warganya tak mendapatkan saluran air bersih. Resiko situasi ini adalah gizi buruk yang menjangkiti warga. Di sana hanya ada 3 rumah sakit yang beroperasi dengan seadanya tanpa fasilitas, dokter yang baik, dan layanan yang bagus. Saat revolusi meledak 50% dokter diasingkan karena bisa jadi tak memiliki semangat revolusi. Castro menyaksikan itu dengan prihatin dan revolusi dijalankannya dengan energik. Apa hasil revolusi Castro dan Guevara yang dirasakan oleh rakyat Kuba? Kita tengok data terbaru dan perkembangannya.

Kita saksikan dulu angka kematian bayi di Kuba: 6 / 1000 kelahiran, sedangkan Indonesia kematian bayi 35 / 1000 kelahiran. Kematian ibu melahirkan di Kuba adalah 8 / 1000 kelahiran. Sedangkan di indonesia kematian ibu melahirkan adalah 307 / 1000 kelahiran. Harapan hidup di Kuba mencapai 76 tahun, di Indonesia masih 66 tahun dengan alokasi dana kesehatan mencapai 12% (tahun 2009). Tak berhenti di situ angka melek huruf di Kuba juga fantastis. Laki laki melek hurufnya 97,2 % sedangkan perempuan 96,9%. Kenapa bisa sedahsyat itu? Selain anggaran pendidikan yang besar juga media televisi Kuba menyiarkan 369 jam program pendidikan setiap minggunya. Bayangkan saja kalau santapan televisinya untuk program pendidikan saja seperti itu, tentu saja kualitas warganya juga terangkat.

Bagaimanakah Sistem Kesehatan di Kuba?

Kuba menggunakan sistem dokter keluarga. Tiap dokter keluarga melayani 100-150 keluarga, ini mencakup warga satu RT. Praktek dokter keluarga begitu unik, tinggal di rumah lantai dua, dengan lantai pertama adalah tempat klinik dokter keluarga, sedangkan lantai dua adalah rumah tinggal dokter bersama keluarga. Untuk menjaga kualitas layanan maka setiap dokter keluarga ditempatkan sebuah kantor satuan tugas dokter keluarga. Satuan tugas ini terdiri dari dokter spesialis yaitu penyakit dalam, kebidanan, kandungan, serta seorang pekerja sosial.

Konfigurasi serupa ada di poliklinik dimana ada banyak spesialis berkantor di sana. Fungsi poliklinik yang disini adalah promosi kesehatan, pencegahan penyakit, rehabilitasi serta pertolongan darurat. Wajar jika puskesmas di Kuba mampu melakukan pemeriksaan endoskopi, test alergi, operasi sederhana, serta serangkaian tindakan medis yang dibutuhkan untuk menolong jika ada yang darurat.

Yang lebih menarik adalah peralatan medis yang digunakan di puskesmas Kuba adalah produk dalam negeri Kuba sendiri. Apa saja produk kesehatan Kuba? Alat EKG, reagen test alergi, dan obat obatan steptokinase yang di Indonesia harganya bisa mencapai 6 juta. Dan semua layanan itu di Kuba –sial- nya diberikan secara cuma cuma. Ada pengawas tenaga elektronik yang terlatih untuk memantau dan mengawasi penggunaan alat alat tersebut. Wajarlah kalau alat alat ini tidak rusak. Di puskesmas Kuba bahkan penanganan rehabilitasi medik bisa dilakukan. Alat alat semacam penunjang fungsi gerak, pernafasan maupun fungsi bicara bisa ditemukan dengan mudah di sana.

Upaya pendidikan kesehatan bagi warganya dilakukan secara intensif. Misal tim tim pemantau jentik nyamuk penularan DBD akan bertandang bisa sampai 12 hari. Tim ini akan datang bersama dokter keluarga, murid sekolah, dan perhimpunan wanita. Hasilnya sejak 2002 di Havana tidak pernah lagi ditemukan kasus DBD. Luar biasa.

Untuk rujukan rawat inap maka di Kuba ada rumah sakit rujukan pertama. Pembagian tanggung jawabnya jelas: Puskesmas di bawah komando kabupaten/kota, sedangkan rumah sakit di bawah tanggung jawab provinsi. Salah satu kegiatan yang menakjubkan di rumah sakit adalah penelitian. Temuan penting di RS Kuba adalah vaksin dan obat terapi kanker. Di sana konon dirawat seorang petinju legendaris, Mohamad Ali. Yang unik di Kuba adalah tidak ada klasifikasi kamar bagi pasien, kecuali pasien asing yang meminta perawatan khusus.

Kuba menjadi negara yang mengagumkan dengan jumlah prestasi dalam istilah Michael Newman , Kuba menjadi negara yang mempunyai jumlah dokter, perawat, dan ranjang rumah sakit per kapita tertinggi di seluruh Amerika Latin. Uniknya anggaran kesehatan disamaratakan antara kota dan desa.

Indonesia memang harus banyak belajar dari Kuba, harus kita akui bahwa Kuba jauh lebih unggul, lebih terhormat, dan lebih beradab dalam memelihara kesehatan warganya. Entah berapa tahun lagi dengan pemerintahan macam apa yang mampu minimal menyelesaikan permasalahan seperti yang telah dilakukan Kuba. Selamat Bermimpi!

Wallohua’lam : )

18.30wib 4 Desember 2012

–    Disari dari makalah : Ede Surya Darmawan : “Implementasi Sistem Kesehatan: Belajar dari Sistem Kesehatan Kuba” (Dalam Buku “Bisnis Orang Sakit – Eko Prasetyo)

Gambar

Penulis: Fakhara Agam

besar, minus, 180cm

6 tanggapan untuk “Belajar dari Kuba Soal Kesehatan”

  1. Indonesia sudah memasuki tanda2 akhir zaman sprti yg disabdakan oleh Rasulullah: Telah tiba zamannya sep pernah di katakan nabi bahwa akan tiba suatu zaman Yg byk kezaliman di dlmnya jg byk kecurangan, kenistaan Yg akan dianggap normal untuk kebanyakan manusia dan hanya hambanya yg istiqomah dan kuat dlm keimanannya akan mendapatkan jaminan keselamatan akhirat dri Allah…. Dan tdk heran sekaranglah zaman Yg dimaksud nabi Muhammad SAW.

  2. Mas, garbage in garbage out. Data nya kurang tepat. Namanya denominator Angka kematian ibu itu per 100.000
    AKI di indonesia 307/100.000
    Nah, kuba apa 8/1000 atau 8/100.000?

    Singapura 8/100.000
    Inggris 4/100.000
    Apa resepnya?
    Semua ibu melahirkan di rumah sakit.
    Indonesia?
    Masih di bidan, dukun

Tinggalkan Balasan ke Fakhara Agam Batalkan balasan